Desain Penelitian
Desain
penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menuntun peneliti untuk dapat memeperoleh jawaban terhadap pertanyaan
penelitian. Dalam pengertian yang lebih luas desain penelitian mencakup
pelbagai hal yanga dilakukan peneliti, mulai dari identifikasi masalah, rumusan
hipotesis, operasionalisasi hipotesis, cara pengumpulan data, samapai akhirnya
analisis data. Dalam pengertian sempit desain penelitian mengacu pada jenis
penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan peneltian.
Dengan
demikian maka pada hakekatnya desain penelitian merupakan suatu wahana untuk
mencapai tujuan penelitian,yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang akan
menentukan peneliti dalam seluruh proses penelitian. Dalam garis besar, desain
penelitian mempunyai 2 kegunaan yang amat penting dalam keseluruhan proses
penelitian, yakni:
·
Merupakan sarana bagi
peneliti untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
·
Merupakan alat bagi
peneliti untuk dapat mengendalikan atau mengontrol pelbagai variabel yang
berpengaruh atau berperan dalam suatu penelitian.
Peran Desain dalam Penelitian
Desain
merupakan kerangka acuan bagi pengkajian hubungan antar-variabel. Desain
mengacu pada pengukuran dan analisis; misalnya manakah yang ternasuk variabel bebes (variabel independen,
prediktor, risiko, atau kausa)
dan mana yang merupakan variabel tergantung (variabel
dependen, variabel efek, outcome, event). Dari variabel bebeas dapat
dilihat mana yang termasuk dalam variabel aktif (misalnya kebiasaan merokok),
dan mana yang merupakan variabel atribut (misalnya jenis kelamin).
Beberapa
hal penting yang perlu dikaji sebelum jenis desain ditentukan:
1. Sejak
awal peneliti harus menentukan apakah akan melakukan intervensi, yaitu studi
intervensional (eksperimental), atau hanya melaksanakan pengamatan saja tanpa
intervensi, yaitu melaksanakan studi observasional.
2. Apabila
dipilih penelitian observasional, harus ditentukan apakah akan dilakukan
pengamatan sewaktu (yaitu studi cross-sectional)
atau dilakukan follow-up dalam kurun
waktu tertentu (studi longitudinal)
3.
Apakah akan dilakukan
studi retrospektif, yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung ataukah
studi prospektif yaitu dengan mengikuti subyek untuk meneliti peristiwa yang
belum terjadi.
Pemilihan desain bertujuan untuk
memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian dengan cara yang paling efisien
dan dengan hasil yang memuaskan. Hasil suatu penelitian observasional untuk
mencari data awal sustu penyakit,yang sering disebut sebagai studi deskriptif ,
misalnya mengenai gambaran klinis dan
laboratorium suatu penyakit, dapat digunakan untuk menyusun studi analitik
mengenai hubungan sebab-akibat beberapa variabel, misalnya faktor yang
meningkatkan terjadinya penyakit.
Klasifikasi Jenis Penelitian
1. Berdasarkan
pada ruang lingkup penelitian:
·
Penelitian klinis
·
Penelitian lapangan
·
Penelitian laboratorium
2. Berdasarkan
pada waktu:
·
Penelitian transversal
(cross-sectional)prospektif atau
retrospektif
·
Penelitian longitudinal
prospsktif atau retrospektif
3. Berdasarkan
pada substansi:
·
Penelitian dasar
·
Penelitian terapan
4. Berdasarkan
pada ada tidaknya analisis hubungan antar-variabel:
·
Penelitian deskriptif
·
Penelitian analitik
5. Desain
khusus:
·
Uji diagnostik
·
Analisis kesintasan (survival analysis)
·
Meta-analisis
Klasifikasi
yang sering dikemukakan adalah penelitian
deskriptif danpenelitian analitik.
Pembagian ini menimbulkan kerancuan oleh karena sering disalah tafsirkan, yaitu
disebut sebagai penelitian deskriptif akan tetapi dalam pelaksanaannya dilakuan
analisis data. Sebaiknya setiap studi analitik selalu diawali dengan deskripsi
data sebelum dilakukan analisis. Arti kedua jenis penelitian tersebut akan
diuraikan dibawah.
Pada penelitian deskriptifpeneliti hanya melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan apa adanya, tidak dilakukan
analisis mengapa fenomena terjadi. Pada studi deskriftif tidak dilakukan
hipotesis sehingga tidak dilakukan uji hipotesis (uji statistika) seperti uji x2
atau uji-t maupun penghitungan risiko relatif, rasio odds dan sejenisnya. Contohnya adalah survei morbiditas dan
moralitas, atau gambaran klinis dan laboratorium sindrom atau penyakit
tertentu. Laporan retrospektif hasil pengobatan (biasanya dalam konteks
pelayanan pasien) yang dilakukan tanpa kontrol adalah contoh lain.
Pada penelitian analitikpeneliti berupaya mencari hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pada penelitian ini dilakukan
analisis terhadap data, karena itu pada penelitian analitik selalu diperlukan
hipotesis yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimulai, untuk
divalidasi dengan data empiris yang dikumpulkan. Hubungan antar-variabel dapat
dilakukan dengan berbagai uji hipotesis (sering disebut secara kurang tepat
sebagai ‘uji statistika’ atau uji kemaknaan’) sesuai dengan data, dan/ atau
berbagai jenis analisis lainnya yang disebutkan di atas.
Telah disebutkan bahwa data pada
penelitian deskriptif sering dapat dipakai untu penelitian analitik pada
tahapan berikutnya. Jika kita akan melakukan penelitian tentang penyakit yang
datanya masih sedikit, sebaiknya dilakukan penelitian deskriptif terlebih
dahulu. Data tersebut kemudian dipakai untuk menyusun latar belakang dan
hiotesis penelitian analitik. Hal tersebut relevan untuk penyakit baru seperti
flu burung dsn flu babi. Perlu diingat pula bahwa laporan penelitian analitik
selalu diawali dengan deskripsi subyek penelitian lebih dahulu, sebelum
dilakukan analisis. Hal ini tidak berarti penelitian tersebut bersifat
deskriptif dan analitik, kecuali bila deskripsi subyek yang terpilih merupakan
salah satu pertanyaan penelitian yang secara khusus perlu dijawab.
Penelitian
analitik observasional umumnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. studi
cross-sectional
2. studi
kasus-kontrol
3. studi
kohort
Akhir-akhir
ini meta-analisis, suatu desain khusus yang menggabungkan hasil banyak studi,
digolongkan dalam studi observasional analitik.Pembagian desain tersebut cukup
praktis dan didasarkan pada ada atau tidak adanya intervensi atau manipulasi
yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian. Pada studi
eksperimental peneliti melakukan manipulasi terhadap satu atau lebih variabel
penelitian dan kemudian mempelajari efek perlakuan tersebut, sedang pada studi
observasional ia melakukan pengamatan
atau pengukuran terhadap pelbagai jenis variabel subyek penelitian menurut
keadaan alamiah, tanpa berupaya melakukan manipulasiatau intervensi.Yang
dimaksud intervensi dalam konteks ini adalah perlakuan yang diklakukan oleh
peneliti terhadap subyek penelitian, dan hasil perlakuan tersebut diamati,
diukur, dan dianalisis.Ciri khas studi intervensional dibanding dengan studi
observasional adalah pada studi intervensional peneliti melakukan subyek mana
yang akan memperoleh perlakuan apa, sedangkan pada studi observasional pajanan
terhadap faktor risiko atau variabel independen berlangsung secara alamiah.
Desain Penelitian
Observasional
1. Laporan
kasus
2. Seri
kasus
3.
Studi cross-sectional termasuk survai
4.
Studi kasus-kontrol
5.
Studi kohort
6.
Meta-analisia
Intervensional
1. Uji
klinis
2. Intervesi
·
Pendidikan
·
Perilaku
·
Kesehatan masyarakat
0 komentar:
Posting Komentar